HEMAT PANGKAL KAYA, APA BENAR?

Semua orang pasti tidak asing dengan kalimat berikut: “Hemat Pangkal Kaya”. Dari kalimat tersebut, dapat kita artikan bahwa kunci kekayaan terletak pada kemampuan seseorang dalam menahan godaan melakukan pengeluaran. Tapi apakah hal itu benar?
Jika seorang milenial yang setiap harinya biasa makan siang di restoran kemudian mengganti kebiasannya menjadi lebih sering membawa bekal dari rumah. Maka dengan begitu, mereka akan mempunyai sisa uang lebih banyak.
Anggapan tersebut benar adanya, saat kita konsisten menahan diri dari godaan hidup mewah hal tersebut akan membuat saldo tabungan meningkat secara pasti. Namun apakah uang yang disimpan saat ini akan memiliki nilai yang sama sepuluh tahun lagi?
Jika dilihat dari jumlah, uang tersebut memang bertambah. Namun hal itu tidak lah berarti, karena inflasi membuat nilai tersebut tidaklah sama lagi. Jadi, jika kalian para milenial membutuhkan Rp2 juta untuk makan sebulan, lima belas tahun lagi, mereka membutuhkan dua kali lipat bahkan lebih dari nominal yang sebelumnya untuk memperoleh menu dan jenis makanan yang sama.
Ilustrasi diatas menunjukan bahwa berhemat belum tentu menjadikan kita kaya. Melakukan konsumsi tidak melebihi kemampuan finansial memang menjadi cara agar seseorang bisa tetap menabung. Namun, apakah menabung secara konvensional atau menabung di bank dapat membuat uang berkembang sejalan dengan inflasi? Jawabannya tentu saja tidak, menabung saja tidak akan memperthankan uang kita dari ganasnya inflasi. Investasi adalah jawabannya. Dengan berinvestasi kita bisa mengimbangi laju inflasi.
Pada dasarnya berinvestasi sama dengan menabung yaitu menunda seseorang untuk melakukan konsumsi hari ini untuk digunakan di masa yang akan datang. Bedanya, kesempatan yang di berikan investasi jauh lebih besar.
Coba saja dengan menyisihkan tiap minggu Rp50.000, dalam satu bulan kita dapat menyisihkan uang Rp200.000 dan kita investasikan ke satu produk yang paling sesuai dengan kebutuhan kita.
Uang kita akan dikelola oleh manajer investasi selaku pihak professional pengelola aset dangan tujuan mendapat imbal hasil yang tinggi daripada hanya menyimpan uang di bank.

Agar lebih jelas kta simulasikan sebagai berikut. Jika seorang millennial mampu menyisihkan uang Rp200.000 seriap bulannya dan ditabung di reksadana selama 10 tahun dengan asumsi imbal hasilnya 10 persen maka nilainya akan terkumpul Rp41,5 juta.
Dengan uang itu, kita bisa gunakan untuk berbagai kebutuhan misalnya untuk modal usaha, tambahan biaya nikah, untuk biaya liburan, hingga biaya pergi haji ketanah suci.
Menarik bukan? Mudah untuk melakukannya tinggal kita harus bisa menekan sedikit pengeluaran dan rutin berinvestasi di reksadana, dengan begitu kita mempunyai simpanan yang cukup untuk masa yang akan datang.
Jadi, masih ingin bertahan dengan cara lama menabung di tabungan konvensional? Atau ingin mencoba berinvestasi reksadana.

Sumber:
Simulasi Reksadana

Facebooktwitterredditlinkedintumblrmail

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *